my eyes |
Pada tahun 1976 sampai 1979 telah dilakukan survei tentang masalah vitamin A dan juga dilakukan pengukuran antropometri anak balita yaitu fungsi badan dan berat badan dan menghasilkan satu-satunya data mengenai prevalensi KEP dengan lingkup nasional sampai tahun 1986 dalam survei ini digunakan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Klasifikasi yang digunakan masih mengacu pada loka karya antropometri 1975 yaitu gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Baku rujukan yang digunakan adalah baku Harvard. (Supriasa, 2002).
Di seluruh dunia (WHO, 1991) diantara anak-anak prasekolah diperkirakan terdapat sebanyak 6-7 juta kasus baru xeroftalmia tiap tahunnya, kurang lebih 10% diantaranya menderita kerusakan kornea. Diantara yang menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam waktu satu tahun sedangkan diantara yang hidup, 25% menjadi buta dan 50-60% setengan buta.
Diperkirakan pada satu waktu sebanyak tiga juta anak-anak buta karena kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta menderita kekurangan vitamin A pada tingkat lebih ringan. Perbedaan angka kematian antara anak yang kekurangan dan tidak kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30%. Di samping itu kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernpasan dan diare, meningkatkan anka kematian karena campak serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.
SIFAT KIMIA
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama kali ditemukan. Vitamin A merupakan nama genetik yang menyatakan semua retinoid dan prekursosr/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Retinol bila dioksidasi berubah menjadi retinal dan retinal dapat kembali di reduksi menjadi retinal. Selanjutnya, retinal dapat dioksidasi menjadi asam retinoat.
Vitamin A tahan terhadap panas cahaya dan alkali. tetapi tidak tahan terhadap asam dan oksidasi. Pada cara memasak biasa tidak banyak vitamin A yang hilang. Suhu tinggi untuk menggoreng dapat merusak vitamin A, begitupun oksidasi yang terjadi pada minyak yang tengik. pengeringan buah yang terpapar matahari dan cara dehidrasi yang lain menyebabkan kehilangan sebagian dari vitamin A. Ketersediaan biologik vitamin A meningkat dengan kehadiran vitamin E dan antioksidan lain.
Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat di pangan hewani. Pada pangan nabati mengandung karotenoid yang merupakan prekursor (provitamin) vitamin A. Di antara ratusan karotenoid yang terdapat di alam, hanya bentuk alfa, beta dan gamma serta kriptosantin yang berperan sebagai provitamin A. Beta-karoten adalah bentuk provitamin A yang paling aktif, yang terdiri dari dua molekul retinol yang saling berkaitan. Karotenoid terdapat di dalam kloroplas tanaman dan berperan sebagai katalisator dalam fotosintesis yang dilakukan oleh klorofil. Oleh karena itu, karotenoid paling banyak terdapat dalam sayuran berwarna hijau tua.
Beta-karoten mempunyai warna sangat kuning dan pada tahun 1954 dapat disintesis. Sekarang beta-karoten merupakan pigmen kuning yang boleh digunakan dalam pemberian warna makanan, antara lain untuk memberi warna kuning pada gelatin, margarin, minuman ringan, adonan cake dan produk serealia.
FUNGSI
a. Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan bila kita dari tempat yang bercahaya terang di luar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang cahayanya. Mata membutuhkan waktu untuk dapat melihat. Kecepatan mata beradaptasi setelah terkena cahaya terang berhubungan langsung dengan vitamin A yang tersedia di dalam darah untuk membentuk rodopsin. Tanda kekurangan vitamin A yang pertama adalah rabun senja. Suplementasi vitamin A dapat memperbaiki penglihatan yang kurang bila hal itu disebabkan oleh kekurangan vitamin A.
b. Fungsi Kekebalan
Vitamin A berpengaruh pada fungsi kekebalan tubuh pada manusia dan hewan. Mekanisme sebernanya belum diketahui secara pasti. Retinol tampaknya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan humoral). Selain itu, kekurangan vitamin A dapat menurunkan respon antibodi yang bergantung pada sel-T. Sebaliknya infeksi dapat memperburuk kekurangan vitamin A.
c. Pertumbuhan dan Perkembangan
Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, dengan demikian terhadap pertumbuhan sel vitamin A juga berpengaruh. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal.
d. Reproduksi
Vitamin A dalam bentuk retinol dan retinal berperan dalam reproduksi pada tikus. Pembentukan sperma hewan jantan serta pembentukan sel telur dan perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol. Hewan betina dengan status vitamin A rendah mampu hamil namun mengalami keguguran atau kesukaran dalam proses melahirkan. Kebutuhan vitamin A selama hamil meningkat untuk kebutuhan janin dan persiapan induk untuk menyusui.
e. Pencegahan Kanker dan Penyakit Jantung
Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara, dan kantung kemih. Disamping itu beta-karoten yang bersamaan vitamin E dan vitamin C berperan sebagai antioksidan diduga dapat pula mencegah kanker paru-paru.
SUMBER VITAMIN A
Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan karoten berada di dalam pangan nabati. Sumber vitamin A adalah hati, kuing telur, susu (di dalam lemaknya) dan mentega, margarin biasanya diperkaya dengan vitamin A. Karena vitamin A tidak berwarna, warna kuning dalam kuning telur adalah karoten yang tidak diubah menjadi vitamin A. Minyak hati ikan digunakan sebagai sumber vitamin A yang diberikan untuk keperluan penyembuhan.
Sumber karoten adalah sayuran bewarna hijau tua serta sayuran dan buah-buahan berwarna kuning-jingga, seperti daun singkong, daun kacang panjang, kangkung, bayam, kacang panjang, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak dan jeruk.
(Sumber : Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2009)
Enjoy reading & Semoga bermanfaat
Salaam,
Nessa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar